Pengikut

Rabu, 28 Oktober 2015

*Back to Indonesia*



Dua bulan sudah aku meneteap di Negara Arizona. Perantauan singkat yang berkesan dan memberikan banyak kisah. Sekarang tibalah waktunya untuk pulang.
Amy menyuruh kami untuk berkumpul di Bandara Phoenix pukul 4 pagi. Kami mendapatkan penerbangan awal menuju Bandara San Fransisko. Amy akan mengantar kami hingga bandara San Fransisco karena dia juga akan berkunjung ke tempat temannya disana.
Kulihat teman-temanku menangis berderaian air mata dilepas oleh orang tua angkat mereka masing-masing. Sedangkan aku hanya diantar oleh Carmen sampai aku bertemu dengan rombongan, kemudian dia langsung pulang. Aku tidak tahu kenapa dia bersikap begitu kepadaku. Jangankan memelukku tanda perpisahan. Menjabat tanganku aja senbagai tanda perpisahan tidak dilakukannya.
Aku merasa sedih. Beberapa orang tua angkat temanku yang kenal denganku memelukku penuh haru. Aku mengucapkan terima kasih banyak kepada mereka. Di ruangan tunggu teman-teman saling memamerkan hadiah pemberian orang tua agkatnya masing-masing. Mereka bertanya kepadaku. “apa yang kamu dapat res”
Aku hanya bisa memamerkan sebuah alqur’an denga terjemahan berbahasa inggris kepada mereka. “aku mendapatkan ini dari pengurus masjid” aku menjelaskan kepada teman-teman.
“Carmen tidak memberimu apa-apa” tema-teman bertanya heran. Aku hanya membalasinya dengan senyuman termanisku. Pembicaraan kami terputus karena harus segera naik ke pesawat.
Sesampainya di San fransisko, amy menemani kami sampai ke ruangan tunggu pesawat. Disanalah pelukan terakhir dengan amy terjadi. Semua diliputi kesedihan yang mendalam karena harus berpisah dengan amy yang sudah kami anggap sebagai bagian dari kehidupan kami. Semu aberharap bisa bertemu kembali dengan amy di suatu waktu nanti. Termasuk juga aku.

Di atas pesawat menuju Jepang, aku duduk diantara nurona dan okta. Perjalanan menuju Jepang lebih banyak kami habiskan dengan  tidur dan tidur, Kami hanya bangun untuk menyantap hidangan yang diantarkan oleh pramugari pesawat.

Di jepang, kami menunggu tidak terlalu lama hingga akhirnya bisa naik ke pesawat menuju singapura. Teman-teman menggunkan waktu tersebut untuk belanja souvenir di bandara narita tersebut.
Kami sampai di bandara changi singapura jam satu malam. Padahal pesawat kami menuju Indonesia selanjutnya adalah jam setengah tujuh pagi. Kami menggunakan waktu enam jam menunggu itu untuk berkeliling menikmati indahnya bangunan bandara change. Kami berfoto disana sini untuk kenang-kenangan. Aku sempat membeli kartu pos singapura dua pack. Aku menyangka uang dolar yang dipakai di sngapura sama dengan uang dolar yang dipakai di amerika. Ternyata harga dolar singapura jauh lebih rendah dari harga dolar amerika. Jenis uangnyapun berbeda. Ternyata hanya namanya saja yang sama.

Selanjutnya jam 7 pagi aku dan teman-teman telah terbang di atas pesawat garuda menuju Indonesia. Itulah pengalaman pertamaku terbang bersama pesawat garuda. Kami disuguhi spageti oleh pramugari pagi itu. Kami bisa memilih tempat duduk seseuka hati di atas pesawat tersebut karena penumpangnya hanya kami saja.
Jam 10 pagi, aku telah menghirup kembali aroma bandara soekarno hatta dan aku tidak sabaran juga menghirup aroma udara ranah minang jam 3 siangnya. Mbak chichi dan panitia beasiswaku yang lainnya mengumpulkan kami di ruangan meeting bandara soekarno hatta. Disana kami berbagi kisah dan menyeleseikan semua administrasi dengan panitia.
Jam 2 siang panitia melepas kami semua untuk kembali ke daerah masing-masing.
Ketika pesawatku mendarat di bandara internasional minangkabau. Aku mendengar banyak ocehan orang berbahasa minang. Sudah dua bulan aku tidak menggunakan bahasa itu. Aku tidak pernah bisa menelvon bapak selama dua bulan itu.
Kulihat diruangan bagasi, bapak dan pamanku telah menunggu kedatanganku. Aku benar-benar bahagia tak terkira bertemu kembali dengan keluargaku. Aku langsung menyalami tangan bapak dan pamanku. Bibi langsung memeluk dan menciumiku. Tak ada kata yang keluar dari mulutku. Lidahku terasa kaku untuk kembali berbahasa minang. Akupun heran karena bahasa minang terasa sangat aneh di mulutku. Padahal baru dua bulan. Ketika bapak menanyai tentang perjalananku.
Aku hampir menjawabnya dengan bahasa inggris. Untung aku bisa kembali menyesuaikan diri.
Sepertinya untuk seminggu pertama ini aku bakalan jet lag lagi dan akan membiasakan tubuhku kembali tebiasa dengan waktu dan suasana kampung.
Di atas mobil menuju ke rumah, aku mendengar lalu lalang yang sangat bising. Telinga dan hatiku berdebur-debur terkejut merasakan kondisi itu kembali. Hati dan telingaku telah terbiasa merasakan lalu lintas Amerika yang tenang dan tidak bising. Aku merasa asing di kampung sendiri.
Aku shock dengan budaya daerahku sendiri. Benar-benar euphoria yang mendalam. Aku tak ingin membandingkan semua kondisi-kondisi amerika dengan kampungku sendiri karena pasti perbandingannya sangat mutlak terlihat. Aku berusaha mengontrol suasana hatiku senyaman mungkin untuk kembali menjalani kehidupan asalku. Terkadang aku merasa seakan baru kembali dari dunia mimpi.
Sampai di rumah, semua keluarga menyambutku dengan penuh haru karena akhirnya aku bisa pulang dengan selamat. Semua berkomentar “wah, tambah gemuk dan tambah bersih aja kulitnya” Aku hanya menanggapi itu semua dengan senyuman datar. Tidak ada hadiah special yang bisa kuberikan kepada keluargaku. Aku sengaja menyimpan uangku untuk melanjutkan PPL ku di semester itu. aku sudah merencanakan itu semua sejak keberangkatanku dua bulan yang lalu. Jika aku tidak melakukan itu, aku pasti tidak akan bisa menjalani PPL kuliahku.
Kalaupun aku harus membelikan oleh-oleh buat semua orang pasti uangku aka habis dan tidak akan ada yang bisa memberiku suntikan dana buat PPL ku. Aku tahu dana untuk PPL itu sangat besar. Uang yang berhasil kusisihkan dari perantauanku yang dua bulan itu hanya 5 juta rupiah.
Selanjutnya aku menyiapkan mental untuk menghadapi orang-orang yang mengharapkan oleh-oleh dariku. Aku sering terpojok oleh candaan mereka yang meminta oleh-oleh amerika kepadaku. Andaikan saja mereka tahu kalau mayorritas barang-barang yang ada di amerika itu adalah barang-barang buatan cina yang juga ada di indoneisa, pastilah mereka tidak akan menuntutnya dariku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar