#Pulang ke Kampung#
Akhirnya aku telah berada di bandara Soekarmo Hatta
pagi itu dengan seperangkat bawaanku.
Pamanku mendrop aku di gerbang bandara. Aku mengucapkan terima kasih banyak
kepada beliau karena telah menampung aku selama 3 hari di rumahnya. Aku
berjalan dengan penuh rasa kecemasan karena aku belum tahu seluk beluk bandara
tersebut.
Aku duduk di ruang tunggu terminal A memperhatikan
orang yang lalu lalang. Hampir sejam-an aku duduk disana tanpa melakukan
apa-apa. Kulihat jam telah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Jam
keberangkatanku masih 2 jam lagi. Tiba-tiba aku mendapatkan ide untuk melakukan
hal yang konyol sambil menunggu waktu yang dua jam tersebut. Aku memutuskan
untuk menyusuri bandara tersebut dari ujung ke ujung. Toh orang lain juga gak
bakalan ada yang tahu kalau saat itu aku lagi kebingungan.
Aku menyeret koperku dengan penuh rasa percaya diri
seakan-akan menuju terminal tertentu.. Sepanjang koridor kuperhatikan banyak
toko-toko yang menjual makanan dan minuman. Aku yakin harganya pasti sangat
mahal sekali. Aku hanya bisa menikmatinya dari luar jendela toko-toko tersebut.
Sampai dibagian paling ujung aku kembali memutar arah untuk berbalik ke
terminal A tempat aku semula.
Namun, sebelum mencapai terminal A, aku tertegun di
terminal B karena kulihat monitor pengumuman jadwal penerbangan lion air
Padang-Jakarta tertera disana. Aku menjadi semakin bingung dan memastikan lagi
tiketku. Ternyata memang benar bahwa seharusnya aku check in dan masuk melalui
terminal B. Kulihat orang sudah mulai antri untuk check in di gerbang terminal tersebut. Aku
benar-benar bahagia dan bersyukur karena menemukan jawaban atas kebingunganku.
Aku membayangkan hal buruk yang terjadi seandainya
aku masih terus menunggu di terminal A, padahal seharusnya aku harus masuk
melalui terminal B. Aku pasti akan ketinggalan pesawat dan tidak punya uang
untuk membeli tiket lagi. Ternyata memang benar bahwa Allah telah menetapkan
skenario kehidupan yang unik buat setiap manusia dan setiap manusia terkadang
menjalani semua itu sebagai sebuah pertualangan yang indah dan menyenangkan.
Aku mengikuti semua prosedur check in sampai
akhirnya aku telah duduk di ruang tunggu gerbang untuk memasuki pesawat. Aku
bisa tidur tenang di atas pesawat kepulanganku tersebut. Sampainya aku di
Bandara kampung halamanku, aku telah ditunggu oleh paman yang kemudina
mengajakku makan siang di restoran minang dan mengantarkan aku ke tempat naik
bis menuju rumahku. Aku minta maaf kepada beliau karena tidak membawa oleh-oleh
dari Jakarta. Beliau memahami semua kondisi yang telah aku jalani dan meminta
maaf juga karena tidak bisa memberi perbekalan yang cukup saat aku akan pergi
ke Jakarta.
Sesampainya di rumah aku benar-benar merasa lelah
dengan pertualanganku seminggu di Jakarta. Orang tuaku memahami kondisiku dan
membiarkan aku untuk beristirahat dan tidur sepuas hati. Setelah rasa lelahku
hilang, aku baru bisa bercerita kepada seluruh anggota keluargaku tentang
pengalaman pahit yang telah kualami selama seminggu tersebut.
Keesokan harinya aku telah bersiap-siap untuk
kembali ke lokasi KKN. Aku membeli dodol amatiran buatan masyarakat kampungku.
Rasanya tidak jauh beda dengan dodol Jakarta. Tapi ukurannya jauh lebih kecil
dari ukuran dodol jawa yang asli. Tapi tidak apalah pikirku, yang penting bagi
teman-teman di lokasi KKN ku pastilah oleh-oleh dodol. Kalaupun nantinya aku
akan jujur kepada mereka.
Sesampainya di lokasi KKN, teman-teman telah
menungguku dengan penuh pengharapan akan oleh-oleh dan cerita. Aku meminta maaf
kepada mereka bahwa aku hanya bisa membawa oleh-oleh dodol buat mereka. Setelah
semua dodol bawaanku habis diserbu oleh teman-temanku, akupun mulai bercerita
tentang pengalaman pahit manis yang kuhadapi selama di Jakarta. Mereka terharu
mendengarkan semua penuturanku dan akhirnya meminta maaf karena terlalu
menuntuku untuk membawa oleh-oleh padahal aku tidak memiliki budget buat hal
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar