Pengikut

Rabu, 28 Oktober 2015

*Old Town Tucson dan Museum Sonora Desert*



“In this weekend we will have a firld trip to the museum Sonora desert  old Tucson studios .” Dosen reading and writing ku mengumumkan berita gembira itu sebelum kelas dimulai. Semua isi kelas terlihat bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar pagi itu.
Di rumah, “will you go to the trip this weekend” aku membuka pertanyaan dengan Natsumi saat kami dinner bersama. Carmen belum pulang karena dia langsung ke supermarket sepulang bekerja untuk membeli persediaan makanan yang sudah menipis.
“No, I will not, because I will have weekend party in my friends apartment” Natsumi menjelaskan rencana parti nya kepadaku. Sejak pertama datang kuperhatikan dia adalah anak yang senang dengan gaya hidup glamour. Dia selalu memilih teman-teman yang memiliki pola hidup mewah di kampus.
Dia sering pulang di tengah malam dalam keadaan mabuk. Pagi harinya aku selalu membangunkannya dengan hati-hati agar Carmen tidak ikutan terbangun. Sebab dia sangat mudah terbangun oleh suara-suara yang menurutku tidak terlalu mengganggu tidur seperti suara gesekan sandal di lantai saat berjalan, suara deritan pintu kamar yang dibuka dan ditutup serta deritan pintu kulkas dan microwave saat aku dan Natsumi menyiapkan sarapan pagi.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, sabtu ceria menuju field trip ketempat yang jauh.
“I am leaving now, good morning Carmen”
“have a nice trip”
“thank you”
Aku selalu mengucap salam untuk pamitan pagi hari ala amerika itu kepada Carmen jika ia kebetulan cepat bangun. Natsumi tidak pulang semalaman. Ternyata dia memang tidak tertarik untuk ikut field trip kali ini.
Aku berjalan setengah berlari menuju bus stop. Aku tidak mau telat dan ditinggal oleh rombongan nantinya.
Di belakang gedung memorial union, tempat makan favourite para mahasiswa Arizona State University, aku celingukan mencari lokasi berkumpulnya rombongan yang akan berangkat trip kali ini.
Tiba-tiba saja,
“come on guyz, I will help you to drop you off to your group. You will go to the trip, right?” seorang bapak-bapak tua memberhentikan mobilnya disampingku. Dibelakangku kulihat juga Mayumi yang juga sedang celingukan mencari rombongan.
Akhirnya aku dan Mayumi diantar oleh Bapak tua itu. “thank you sir” aku mengucapkan terima kasih kepada bapak itu dan Dini langsung menyongsongku.
“hey, my housefather help you here?” Dini bertanya kepadaku. Oh tuhan, aku lupa, ternyata itu house fathernya dini. Pantas saja dia mau mengantar kami.
“A-E-C-P” Zack sang coordinator mahasiswa AECP mrngumpulkan semua rombongan dan menyampaikan beberapa pengumuman melalui TOA kecilnya.
“res, kita duduk berdekatan ya”, okta menggadengku naik ke bus.
“duduknya disini aja ta, lebih bebas mata kita melihat pemandangan jadinya.” Aku memilih tempat duduk paling depan bersama okta. Aku ingin menikmati keindahan jalanan Negara Arizona menuju lokasi trip.
Sepanjang jalan kulihat bukit-bukit padang pasir terhampar luas ditumbuhi tumbuhan kaktus raksasa, rumah-rumah penduduk pinggiran Amerika dengan ciri khasnya seperti di film-film membuatku terkagum-kagum.
Kunjungan pertama adalah Sonora desert museum. Disini terdapat beribu-ribu tumbuhan dan binatang padang pasir. Disini juga terdapat museum dan underwater viewing yang menawan. Aku dan teman-teman menikmati semua itu dalam waktu kilat karena kami hanya memiliki waktu dua jam untuk mengelilingi semua bagian museum padang pasir tersebut.
Di suatu sudut, aku melihat tiga orang anak SD sedang menikmati burung kecil yang unik di dalam kandangnya. Teman-teman mengajak anak-anak tersebut untuk berfoto bersamaku.Aku pun langsung pasang aksi. Teman-teman tertawa melihat ukuran badanku yang kalah tinggi oleh anak-anak SD tersebut.
Selanjutnya rombongan kami dibawa menuju Old Tucson studios. Tempat ini adalah sebuah kota koboy. Konon kata orang-orang di daerah ini, old Tucson studios adalah tempat bermainnya ronaldo de caprio sebelum dia menjadi artis  terkenal.
Turun dari mobil kami langsung disuruh menuju café yang sengaja udah disewa untuk tempat makan kami. Aku menikmati burger dan potatoes dengan minuman cola yang membuat aku makin bersemangat untuk mengelilingi kota koboi tersebut.
Aku melihat banyak bagunan-bangunan mini yang sengaja dibuat untuk tempat syuting film-film koboi.
Ada gereja tua, pasar, hotel, kereta api tua,  pemakaman, penjara dan arena bermain gun.
Suatu peraturan yang membuatku benar-benar terpana adalah peraturan untuk tidak meludah di sembarang tempat Karena akan akan didenda sebanyak $5 sampai $100
Hari itu aku sampai di rumah jam 9 malam. Carmen memberondongku dengan banyak pertanyaan seputar trip hari ini. Setelah bercerita sedikit kepadanya aku minta izin untuk istirahat karena terlalu capek bertualang di Sonora desert museum dan old Tucson studios.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar