Dengan
penuh keputusasaan, aku bercerita kepada salah seorang guru agamaku. Guru
tersebut menyuruhku membuat 2 buah proposal bantuan dana pendidikan buat
pemerintah daerahku. Dengan penuh semangat aku melakukan apa yang disuruh oleh
guruku tersebut. Akhirnya aku berhasil mendapatkan uang dengan jumlah total
Rp.1.000.000,- dan bapakku tinggal mencarikan tambahannya sebanyak
Rp.150.000,-. Akhirnya aku bisa juga kuliah.
Aku
juga mencari tahu informasi tentang sahabat-sahabatku. Aku tidak tahu apakah
mereka masih menganggapku sebagai sahabat mereka atau hanya sebagai mantan sahabat
yang sudah tidak dianggapnya lagi. Namun bagiku, sekali menjadi sahabat,
selama-lamanya aka tetap sahabat sampai maut yang memisahkan kami. Ternyata
hanya dua orang sahabatku yang berhasil jebol di perguruan tinggi di luar kota,
seorang lagi diterima di sebuah sekolah tinggi kesehatan di kota lain.
Namun,
yang membuatku benar-benar terkejut adalah salah seorang yang sudah memulai
persahabatan denganku sejak kelas dua SD malah masuk ke kampus yang sama
denganku. Untungnya dia mengambil jurusan yang berbeda denganku. Aku memiliki
kenangan yang lebih banyak dengannya daripada dengan sahabat-sahabtku yang
lain. Namun aku tidak mengerti kenapa ia membenciku dengan rasa benci yang
teramat mendalam. Bahkan kedua orang tuanya pun sudah tidak mau lagi kenal denganku.
Padahal sampai sekarang aku masih menyimpan semua file-file persahabatan kami.
Sejak
saat itu aku hanya berdoa agar Allah mempertemukanku dengan seorang sahabat
sejati yang benar-benar mau menerimaku apa adanya. Seorang sahabat yang mau
mengerti dengan keadaan dan posisiku, yang bisa bersikap dewasa dan mau
bersusah senang denganku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar