Pengikut

Kamis, 14 Maret 2013

*KRIUK-KRIUK IN US EMBASSY*


Pukul setengah enam, kami semua telah berangkat menuju kedutaan besar Amerika. Kami naik taksi berombongan menuju kesana. Perutku terasa lapar banget karena pihak hotel belum menyediakan makan pagi buat kami. Namun aku masih bisa menghandelnya. Ternyata untuk masuk ke dalam kedutaan besar Amerika tersebut, kami harus membuat antrian yang panjang mulai dari gerbang luarnya. Kulihat kami berada dibawah kolong jembatan salah satu jalan raya Jakarta Pusat.
Aku juga melihat kereta api lalu lalang di sebuah rel besar yang berada tepat di hadapan jalan raya yang menaungi tempatku berdiri. Terbersit juga dalam fikiranku untuk menikmati indahnya perjalanan dengan kereta api seperti dalam buku-buku cerita yang kubaca dimasa SD ku. Untuk menghilangkan kebosanan menunggu, beberapa orang temanku mengeluarkan kamera mereka dan menjepret-jepret kami semua.
Tiba-tiba kulihat beberapa orang pria berpakaian loreng khas tentara Amerika berlari menuju kami dan menghardik teman-temanku. Mereka mengancam akan mengambil kamera teman-temanku jika mereka masih memotret-motret. Aku dan teman-teman yang lainnya benar-benar terkejut melihat kejadian itu. Ternyata hal tersebut merupakan salah satu peraturan kedubes Amerika. Dilarang memotret-motret di area tersebut. Aku heran, padahal itu masih kawasan diluar gerbang kantor kedubes mereka. Akhirnya semua kami berusaha memasang tampang lugu agar terlihat seperti manusia yang patuh aturan.
Tidak lama kemudian pintu gerbang kedubes tersebut pun dibuka. Satu per satu nama kami dipanggil untuk memasuki gerbang tersebut. Ternyata data formulir visa yang telah kami kirimkan ke panitia melalui email telah sampai di pihak kedubes tersebut. Sambil menunggu namaku terpanggil, aku melihat banyak warga negara asing yang berdiri disekitarku. Aku tidak ingin berbicara dengan mereka untuk mempraktekkan bahasa Inggrisku.
Namun karena melihat para penjaga yang bertampang sangar, aku memutuskan untuk menyimpan hasratku tersebut dan menghibur diriku kalau nantinya di Amerika aku juga bakalan bisa melakukannya. Setelah namaku terpanggil, aku berjalan menuju gerbang kantor tersebut. Penjaga gerbang menuruhku meninggalkan semua peralatanku dalam sebuah keranjang dan hanya diperbolehkan masuk membawa bollpoint dan dokumen-dokumenku. Aku berusaha bersikap setenang mungkin memasuki gerbang tersebut.
Sesampainya didalam perkantoran kedubes tersebut, kulihat antrian pajang di setiap loket. Panitia beasiswaku memandu kelompokku menuju sebuah loket tempat kami akan mengurus semua dokumen-dokumen yang akan kami butuhkan. Selanjutnya kami memasuki sebuah ruangan ber AC tempat wawancara visa akan dilaksanakan. Aku dan teman-temanku duduk di ruangan tunggu berkursi empuk.
Setelah namaku dipanggil, aku menuju loket wawancara. Mereka mewawancarai dari balik kaca. Dengan berbahsa Inggris, mereka menanyaiku beberapa pertanyaan seperti maksud dan tujuanku ke amerika, kapan aku akan berangkat dan kembali lagi ke Indonesia. Aku menjawab semua pertanyaan mereka dengan percaya diri dan penuh ketenangan. Setelah itu mereka memotret wajahku, melakukan sidik sepuluh jari, dan merekam suaraku. Benar-benar proses pendataan yang mutakhir menurutku.
Setelah semua anggota grupku selesai interview, kamipun diajak berkumpul di sebuah ruangan tunggu yang luas oleh panitia. Disana kami diperkenalan dengan salah seorang sekretaris bagian pendidikan dan kebudayaan di kedubes tersebut. Sekretaris tersebut seorang mbak-mbak yang cantik dan ramah. Dia memperkenalkan dirinya kepada kami dan memberi kami sebuah biografi singkat Barrack Obama. Dia menjelaskan program-program yang dikelolanya dan menawarkan kami untuk datang ke @America, sebuah pusat kebudayaan Amerika yang dibangun di Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar