Tahun
2005 aku mengalami kesulitan untuk mencari sekolah menengah pertama (SMP) berkualitas
yang bisa menerimaku sebagai siswa mereka. Setelah berkeliling mendatangi
setiap sekolah menengah pertama yang ada di daerahku, akhirnya aku bisa bersyukur
karena masih ada sebuah SMP biasa yang mau menerimaku sebagai siswanya. Aku dimasukkan
ke dalam kelas yang berisi anak-anak berkemampuan akademik paling lemah.
Padahal menurutku aku pantas dikategorikan kedalam siswa yang berkemampuan
menengah. Namun aku tidak punya bukti nilai yang mendukung untuk hal itu. Aku
mencoba ikhlas menjadi siswa kelas satu SMP dalam kelas yang berkualifikasi akademik
paling rendah.
Aku
bertekad untuk menjadi pemuncak kelas dalam kelas tersebut karena aku bertarget
akan masuk kelas unggul di kelas 2 dan kelas 3 ku nantinya. Aku berusaha keras
untuk mewujudkan tekadku dengan belajar yang giat, sering diskusi dengan guru
tentang pelajaran-pelajaran yang tidak kumengerti, selalu memanfaatkan waktu
luangku di perpustakaan dan selalu menyimpan uang jajanku untuk membeli
buku-buku ilmu pengetahuan. Usaha kerasku akhirnya berhasil. Aku berhasil mewujudkan
semua impianku untuk dapat duduk di kelas unggul di kelas 2 ku.
Dalam
kelas 2 unggul tersebut, aku juga berhasil meraih pemuncak kelas kategori tiga
besar. Saat itu disekolahku juga diadakan pemilihan siswa berprestasi. Pemuncak
kelas tiga besar dari setiap kelas mendapatkan kesempatan untuk ikut pelatihan siswa
berprestasi gratis dari dinas pendidikan daerahku. Aku sangat senang mendengar
berita tersebut. Namun, aku benar-benar terpukul saat kepala sekolahku justru
memilih teman kelasku yang rangking empat untuk menggantikan posisiku. Aku
benar-benar kecewa dan sedih karena tidak mengerti dengan alasan mereka untuk
tidak memilihku padahal kesempatan itu adalah jatahku. Aku pulang dengan
langkah lunglai. Aku memutuskan untuk menenangkan fikiranku dengan bermain ke
pasar untuk hang out bersama sahabatku. Sampai di rumah aku benar-benar
surprise karena Allah mengganti kesedihanku dengan sebuah kesempatan luar biasa
yang ditawarkan oleh pemerintah daerahku. Di rumahku telah menunnggu seorang
Bapak-bapak dari pegawai pemerintah daerahku. Bapak tersebut mengatakan kalau
dia mau mengajak aku untuk mewakili forum anak nasional di propinsi. Dia
mengatakan kalau aku adalah perwakilan dari seluruh siswa smp yang ada di
daerahku.
Bersama
salah seorang siswi sekolah SMA unggul yang ada di daerahku, aku mengikuti
Forum Anak Nasional di propinsi. Aku benar-benar bahagia saat itu. Karena hal
tersebut merupakan pengalaman pertamaku untuk ikut event nasional di propinsi.
Follow up dari Forum tersebut adalah forum lanjutan yang akan dilakukan di
Denpasar. Aku termasuk kategori 2 besar yang akan dipilih untuk menjadi
perwakilan menuju Denpasar. Namun, aku gagal dalam voting suara. Akhirnya aku
kembali kecewa karena mimpiku untuk naik pesawat kembali harus kandas hanya karena
kalah dalam voting suara.
Selanjutnya
aku semakin termotivasi untuk menjadi lebih giat lagi dalam usaha belajarku.
Aku mempelajari bagaimana cara mengemukakan pendapat yang baik. Aku menjadi
siswa yang rajin berdiskusi dengan siapa saja. Akhirnya aku menjadi lebih gemar
berbicara dan suka mendiskusikan banyak hal dengan semua orang. Nilai-nilaiku
semakin meningkat karena setiap kali aku malas dalam belajar aku selalu termotivasi
dengan membayangkan kalau aku akan terbang dengan pesawat.
Di
sisi lain, dalam waktu luangku aku juga membantu salah seorang guru mata
pelajaranku berjualan nasi goreng. Imbalannya adalah sebungkus nasi goreng
gratis setiap hari. Guruku tersebut
membawa 20-30 bungkus nasi goreng setiap harinya. Selanjutnya dalam pergantian
jam dan waktu istirahat, aku menjajakannya kepada teman-temanku. Aku bahkan
menjajakannya kepada kakak-kakak kelasku yang kelas 3 sehingga pada umumnya
seluruh siswa yang ada di SMP ku mengenalku sebagai seorang penjual nasi
goreng. Bahkan banyak juga yang menyangka kalau aku adalah anak guru pembuat
nasi goreng tersebut karena kami sering terlihat bersama.
Saat kelas tiga, aku juga bergabung dengan
teman-temanku di kelas unggul. Aku juga banyak mewakili sekolah dalam
kegiatan-kegiatan daerah seperti: olimpiade-olimpiade mata pelajaran dan
berkali-kali menjadi pemenang lomba penyelenggaraan sholat jenazah yang saat
itu aku berperan sebagai imam dalam kelompokku. Hal tersebut membuat
teman-teman dan guru-guru mengenalku
sebagai anak yang berprestasi. Sampai akhirnya dalam ujian nasional, aku
termasuk kategori empat besar nilai tertinggi dari sekolahku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar