Pengikut

Kamis, 14 Maret 2013

*BALASAN YANG IMPAS*


Beberapa hari setelah kejadian tersebut aku kembali mengurus kartu handphoneku yang telah hilang. Aku membuat kartu dengan operator dan nomor yang sama di sebuah grafari operator kartu handphone karena nomor tersebut adalah nomor yang kuberikan kepada pihak beasiswa yang sedang kuikuti. Aku berharap kalau-kalau aku lulus dan mereka menghubungiku ke nomorku tersebut.
Ternyata dugaanku benar, seminggu setelah kejadian tersebut, pihak beasiswa yang sedang kuikuti tersebut menelvonku menginformasikan kalau aku termasuk nominasi pelamar yang lolos dalam tahap aplikasi dari ribuan mahasiswa yang mendaftar dari seluruh propinsi di Indonesia. Selajutnya mereka mengarhkanku untuk mengikuti tes interview 5 hari setelah pengumuman tersebut. Aku harus kembali ke propinsi untuk mengikuti tes interview tersebut. Mereka juga memintaku untuk kembali mengikuti tes TOEFL ITP yang biayanya Rp.300.000,- karena tes TOEFL yang kuikuti sebelumnya adalah tes TOEFL prediksi yang tidak berlaku untuk beasiswa internasional.
Awalnya aku agak ragu dan cemas karena tidak mungkin lagi bisa maju ke tahap selanjutnya. Aku mengatakan kalau aku sudah tidak memiliki uang lagi untuk tes TOEFL yang RP.300.000,- tersebut. Ternyata panitianya benar-benar baik hati. Mereka membayarkan tes TOEFL yang Rp.300.000,- tersebut buatku. Aku benar-benar bersyukur dan berterima kasih kepada mereka. Selama tes tersebut aku menginap di rumah bibiku.
Aku mendatangi tempat tes interview dengan pakaian yang sangat sederhana. Aku memakai setelan baju putih, rok hitam, jilbab putih, kaus putih dan sepatu hitam. Aku juga memakai almamater kampusku supaya terkesan rapi sebab menurutku hanya setelan itulah yang bisa membuatku bisa tampil berwibawa di depan umum. Saat aku datang semua mata tertuju aneh melihatku. Pada umumnya peserta tes yang lain datang dengan tampilan eklusif dengan pakaian yang mahal-mahal dan dandanan yang benar-benar mewah. Sebenarnya di dalam hati aku merasa minder bergabung bersama mereka. Aku berusaha tetap percaya diri. Mereka juga terlihat surprise ketika mengetahui kalau aku datang dari kampung. Salah seorang diantara mereka juga mengatakan kepadaku kalau aku tidak mungkin bisa lolos dalam tahap interview tersebut. Di dalam hati aku hanya memohon dan percaya kalau Allah lah yang akan menentukan segalanya.
Aku menyeleseikan proses interviewku dengan baik. Aku menjawab semua pertanyaan interviewernya dengan penuh ketenangan dan selipan senyum ramah di bibirku. Aku berusaha tidak gugup dan menjawab semua pertanyaan mereka dengan rileks dan santai. Sebenarnya beberapa hari sebelum proses interview tersebut, aku telah mencari berbagai literature dan pengalaman-pengalaman peserta yang telah pernah lolos dalam program tersebut. Ternyata apa yang telah kupersiapkan dengan matang tersebut benar-benar membantuku untuk bisa menjalani proses interviewku dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar