Beberapa
hari setelah kejadian tersebut aku kembali mengurus kartu handphoneku yang
telah hilang. Aku membuat kartu dengan operator dan nomor yang sama di sebuah grafari
operator kartu handphone karena nomor tersebut adalah nomor yang kuberikan
kepada pihak beasiswa yang sedang kuikuti. Aku berharap kalau-kalau aku lulus
dan mereka menghubungiku ke nomorku tersebut.
Ternyata
dugaanku benar, seminggu setelah kejadian tersebut, pihak beasiswa yang sedang
kuikuti tersebut menelvonku menginformasikan kalau aku termasuk nominasi
pelamar yang lolos dalam tahap aplikasi dari ribuan mahasiswa yang mendaftar
dari seluruh propinsi di Indonesia. Selajutnya mereka mengarhkanku untuk
mengikuti tes interview 5 hari setelah pengumuman tersebut. Aku harus kembali
ke propinsi untuk mengikuti tes interview tersebut. Mereka juga memintaku untuk
kembali mengikuti tes TOEFL ITP yang biayanya Rp.300.000,- karena tes TOEFL
yang kuikuti sebelumnya adalah tes TOEFL prediksi yang tidak berlaku untuk
beasiswa internasional.
Awalnya
aku agak ragu dan cemas karena tidak mungkin lagi bisa maju ke tahap
selanjutnya. Aku mengatakan kalau aku sudah tidak memiliki uang lagi untuk tes
TOEFL yang RP.300.000,- tersebut. Ternyata panitianya benar-benar baik hati.
Mereka membayarkan tes TOEFL yang Rp.300.000,- tersebut buatku. Aku benar-benar
bersyukur dan berterima kasih kepada mereka. Selama tes tersebut aku menginap
di rumah bibiku.
Aku
mendatangi tempat tes interview dengan pakaian yang sangat sederhana. Aku
memakai setelan baju putih, rok hitam, jilbab putih, kaus putih dan sepatu
hitam. Aku juga memakai almamater kampusku supaya terkesan rapi sebab menurutku
hanya setelan itulah yang bisa membuatku bisa tampil berwibawa di depan umum. Saat
aku datang semua mata tertuju aneh melihatku. Pada umumnya peserta tes yang
lain datang dengan tampilan eklusif dengan pakaian yang mahal-mahal dan
dandanan yang benar-benar mewah. Sebenarnya di dalam hati aku merasa minder
bergabung bersama mereka. Aku berusaha tetap percaya diri. Mereka juga terlihat
surprise ketika mengetahui kalau aku datang dari kampung. Salah seorang
diantara mereka juga mengatakan kepadaku kalau aku tidak mungkin bisa lolos
dalam tahap interview tersebut. Di dalam hati aku hanya memohon dan percaya
kalau Allah lah yang akan menentukan segalanya.
Aku menyeleseikan proses interviewku dengan
baik. Aku menjawab semua pertanyaan interviewernya dengan penuh ketenangan dan
selipan senyum ramah di bibirku. Aku berusaha tidak gugup dan menjawab semua
pertanyaan mereka dengan rileks dan santai. Sebenarnya beberapa hari sebelum
proses interview tersebut, aku telah mencari berbagai literature dan
pengalaman-pengalaman peserta yang telah pernah lolos dalam program tersebut.
Ternyata apa yang telah kupersiapkan dengan matang tersebut benar-benar membantuku
untuk bisa menjalani proses interviewku dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar