Pengikut

Kamis, 14 Maret 2013

*HARI TERAKHIR HIDUP MEWAH DI JAKARTA*


Kami kembali ke hotel tempat menginap dan melanjutkannya dengan acara malam perpisahan dengan semua grantees beasiswa. Kami berkumpul di sebuah taman yang ada di atap hotel. Disana kami saling memperkenalkan daerah asal masing-masing secara mendalam dan menyampaikan pesan kesan buat semua teman-teman selama acara berlagsung.
Malam  itu aku  tidur larut malam. Keesokan harinya teman-teman banyak yang telah bersiap-siap untuk pulang ke daerah masing-masing. Aku menelvon adek bapakku yang telah berjanji akan menjemputku. Aku benar-benar kaget mendengar operator telkomsel berbicara “maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan”. Aku mencoba legi berulang kali, namun hasilnya nihil. Aku baru tersadar bahwa pamanku tersebut pernah berkata kalau nomor ponselnya tidak aktif, berarti dia sedang berada di luar negeri. Memang, pamanku tersebut bekerja dengan perusahaan asing. Jadwal kerjaya sebulan di Indonesia dan sebulan di luar negeri.
Aku benar-benar bingung karena uangku yang tersisa dalam saku hanya 2 ribu rupiah, , jadwal tiket kepulanganku terlanjur kuminta tanggal 30 yaitu tiga hari lagi, jatah menetap dihotel hanya sampai jam 12 siang, jika lewat jam tersebut aku masih di hotel maka aku harus membayar sendiri akomodasinya. Aku menelvon bapak ke kampung dan menceritakan semua hal yang terjadi. Setelah terdiam beberapa lama, akhirnya Bapakku teringat akan saudara jauhnya yang juga tinggal di Jakarta dan mengelola usaha foto copy.
Bapak mematikan sambungan telvonku dan menelvon saudara jauhnya tersebut dan meminta bantuannya untuk menjemputku ke hotel dan memberi tumpangan hidup untuk tiga hari. Beberapa saat kemudian, bapak menelvonku lagi dan memberitahukan kalau saudara jauhnya yang kupanggil paman akan menjemputku ke hotel dan memberiku  tumpangan untuk  tinggal di rumahnya selama tiga hari. Aku benar-benar bersyukur ternyata masih ada jalan keluar yang tersedia buatku. Sembari menunggu, banyak teman-teman yang mengajakku untuk jalan-jalan ke monas. Aku tertarik dengan ajakan mereka. Sebenarnya waktu itu tidak konsentrasi lagi alias linglung. Aku tidak sadar kalau uang yang tersisa dalam sakuku tinggal dua ribu rupiah.
Aku meletakkan koperku di kamar salah seorang teman yang tetap dihotel sampai jadwal check out. Selanjutnya aku mengikuti teman-teman loket  pembelian tiket bus way. Untuk membayar tiket bus way, aku menyerahkan duitku yang hanya tinggal 2 ribu kepada temanku sambil nyengir. Aku tidak tahu pasti harga tiket bus way tersebut. Namun, yang jelas temanku memberikan sebuah tiket bus way kepadaku. Mungkin dia menambahkan kekurangan uangku untuk bus way tersebut.
Setelah menunggu beberapa saat, banyak busway yang datang, tapi semuanya selalu penuh oleh penumpang. Aku memandangi tiket busway di tanganku dengn penuh ketidakyakinan. Aku tidak yakin aka ke monas dengan kondisi yang kualami waktu itu. Aku cemas kalau  nantinya pamanku menjemputku ke hotel  ketika aku sedang berada di monas. Aku juga cemas kalau nantinya pulang dari monas kami melewati jadwal check out sehingga harus membayar akomodasi dengan duit sendiri karena barang-barangku masih disana. Akupun tersadar kalau nantinya pasti aku juga tidak ada duit lagi untuk masuk monas dan ongkos untuk balik ke hotel.
Aku menceritakan semua yang kecemasanku tersebut kepada beberapa orang temanku yang masih terlihat bersemangat menunggu bus way.Beberapa orang diantara mereka ada yang setuju denganku dan memutuskan untuk kembali ke hotel. Namun beberapa orang yang lain tetap melanjutkan rencananya ke monas. Saat itu aku belajar akan pentingnya membuat keputusan yang bijaksana disaat yang genting. Benar-benar pengalaman yang penuh pelajaran.
Setelah berfoto-foto sepuas mungkin di jembatan penyebrangan busway, kami kembali ke hotel sambil tertawa-tawa untuk menghibur hati. Didalam hati aku yakin kalau aku  bisa ke monas di lain waktu. Tidak beberapa lama di hotel,  handphoneku berdering dan kulihat sebuah nomor baru masuk. Aku mengangkat dan mendengar suara pamanku diseberang telvon. Beliau mengatakan kalau anak buahnya telah menungguku di halaman hotel. Sebenarnya aku belum pernah bertemu dengan pamanku tersebut, tapi kata bapak, pamanku tersebut sangat mengenaliku karena pernah bertemu denganku beberapa kali dan bapak juga sering bercerita tentang aku kepadanya.

1 komentar: