Kami
kembali ke hotel tempat menginap dan melanjutkannya dengan acara malam
perpisahan dengan semua grantees beasiswa. Kami berkumpul di sebuah taman yang
ada di atap hotel. Disana kami saling memperkenalkan daerah asal masing-masing
secara mendalam dan menyampaikan pesan kesan buat semua teman-teman selama
acara berlagsung.
Malam
itu aku tidur larut malam. Keesokan harinya
teman-teman banyak yang telah bersiap-siap untuk pulang ke daerah
masing-masing. Aku menelvon adek bapakku yang telah berjanji akan menjemputku.
Aku benar-benar kaget mendengar operator telkomsel berbicara “maaf, nomor yang
anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan”. Aku mencoba legi
berulang kali, namun hasilnya nihil. Aku baru tersadar bahwa pamanku tersebut
pernah berkata kalau nomor ponselnya tidak aktif, berarti dia sedang berada di
luar negeri. Memang, pamanku tersebut bekerja dengan perusahaan asing. Jadwal
kerjaya sebulan di Indonesia dan sebulan di luar negeri.
Aku
benar-benar bingung karena uangku yang tersisa dalam saku hanya 2 ribu rupiah, ,
jadwal tiket kepulanganku terlanjur kuminta tanggal 30 yaitu tiga hari lagi,
jatah menetap dihotel hanya sampai jam 12 siang, jika lewat jam tersebut aku
masih di hotel maka aku harus membayar sendiri akomodasinya. Aku menelvon bapak
ke kampung dan menceritakan semua hal yang terjadi. Setelah terdiam beberapa
lama, akhirnya Bapakku teringat akan saudara jauhnya yang juga tinggal di
Jakarta dan mengelola usaha foto copy.
Bapak
mematikan sambungan telvonku dan menelvon saudara jauhnya tersebut dan meminta
bantuannya untuk menjemputku ke hotel dan memberi tumpangan hidup untuk tiga
hari. Beberapa saat kemudian, bapak menelvonku lagi dan memberitahukan kalau
saudara jauhnya yang kupanggil paman akan menjemputku ke hotel dan memberiku tumpangan untuk tinggal di rumahnya selama tiga hari. Aku
benar-benar bersyukur ternyata masih ada jalan keluar yang tersedia buatku.
Sembari menunggu, banyak teman-teman yang mengajakku untuk jalan-jalan ke
monas. Aku tertarik dengan ajakan mereka. Sebenarnya waktu itu tidak
konsentrasi lagi alias linglung. Aku tidak sadar kalau uang yang tersisa dalam
sakuku tinggal dua ribu rupiah.
Aku
meletakkan koperku di kamar salah seorang teman yang tetap dihotel sampai
jadwal check out. Selanjutnya aku mengikuti teman-teman loket pembelian tiket bus way. Untuk membayar tiket
bus way, aku menyerahkan duitku yang hanya tinggal 2 ribu kepada temanku sambil
nyengir. Aku tidak tahu pasti harga tiket bus way tersebut. Namun, yang jelas
temanku memberikan sebuah tiket bus way kepadaku. Mungkin dia menambahkan
kekurangan uangku untuk bus way tersebut.
Setelah
menunggu beberapa saat, banyak busway yang datang, tapi semuanya selalu penuh
oleh penumpang. Aku memandangi tiket busway di tanganku dengn penuh
ketidakyakinan. Aku tidak yakin aka ke monas dengan kondisi yang kualami waktu
itu. Aku cemas kalau nantinya pamanku
menjemputku ke hotel ketika aku sedang
berada di monas. Aku juga cemas kalau nantinya pulang dari monas kami melewati
jadwal check out sehingga harus membayar akomodasi dengan duit sendiri karena
barang-barangku masih disana. Akupun tersadar kalau nantinya pasti aku juga
tidak ada duit lagi untuk masuk monas dan ongkos untuk balik ke hotel.
Aku
menceritakan semua yang kecemasanku tersebut kepada beberapa orang temanku yang
masih terlihat bersemangat menunggu bus way.Beberapa orang diantara mereka ada
yang setuju denganku dan memutuskan untuk kembali ke hotel. Namun beberapa
orang yang lain tetap melanjutkan rencananya ke monas. Saat itu aku belajar akan
pentingnya membuat keputusan yang bijaksana disaat yang genting. Benar-benar
pengalaman yang penuh pelajaran.
Setelah
berfoto-foto sepuas mungkin di jembatan penyebrangan busway, kami kembali ke
hotel sambil tertawa-tawa untuk menghibur hati. Didalam hati aku yakin kalau
aku bisa ke monas di lain waktu. Tidak
beberapa lama di hotel, handphoneku
berdering dan kulihat sebuah nomor baru masuk. Aku mengangkat dan mendengar
suara pamanku diseberang telvon. Beliau mengatakan kalau anak buahnya telah
menungguku di halaman hotel. Sebenarnya aku belum pernah bertemu dengan pamanku
tersebut, tapi kata bapak, pamanku tersebut sangat mengenaliku karena pernah
bertemu denganku beberapa kali dan bapak juga sering bercerita tentang aku
kepadanya.
That's cool ..:D
BalasHapusI can imagine how panic you're at that time. .