Aku
dan teman-temanku menurunkan barang-barang dari bagasi taksi. Ternyata total
ongkos taksi yang kunaiki hanya tiga puluh tiga ribu rupiah untuk tiga orang.
Jadi per orangnya kami hanya kena sebelas ribu rupiah. Aku menarik nafas lega
karena uang disakuku masih cukup untuk hal tersebut dan aku tidak jadi
berhutang kepada Okta. Setelah check in kepada resepsionis hotel, aku gembira
banget karena ditempatkan satu kamar sama Okta. Sepertinya sejak saat itu aku
akan menjalin persahabatan baru dengannya.
Kami
menuju kamar bagian kami dan menyusun barang-barang bawaan di lemari yang telah
disediakan. Aku sempat terkagum sejenak melihat indahnya kamar hotel yang akan
kutempati tersebut karena saat itu adalah pengalaman pertamaku menginap di
hotel. Aku duduk di kasur dan menikmati empuknya kasur tersebut karena jauh
berbeda denga tempat tidurku di rumah yang hanya kasur kapuk biasa dan tempat
tidurku di lokasi KKN yang hanya lantai beton beralaskan tikar pandan.
Setelah
isirahat sejenak dan menunaikan sholat zuhur, Okta berkata kepadaku kalau dia
lapar. Padahal jatah makan dari panitia hanya akan kami dapatkan nanti malam.
Dia membuka isi dompetnya. Aku melihat banyak uang seratus ribuan didalamnya.
Aku hanya tertunduk dan berdoa dalam hati agar Allah memberiku rezeki yang
halal untuk menghilangkan rasa laparku. Sebab perutku juga terasa sangat
menggigit. Mie rebus dingin dan air the dingin yang kuminum pagi itu tidak
sanggup lagi menutupi kebutuhan lambungku akan makanan.
Okta
sempat mengajakku makan di Café hotel. Aku menampik ajakannya dengan
mengajaknya ke kamar yang berada tepat didepan kami karena aku mendengar banyak
suara-suara gadis seusia kami disana. Aku menebak kalau mereka adalah grantees
beasiswa yang lain. Aku mengajak Okta berkenalan dengan mereka. Sampai dikamar
tersebut, ternyata dugaanku benar. Aku berkenalan dengan mereka. Mereka
menawariku dan Okta dengan berbagai minuman dan makanan khas dari daerah
mereka. Aku benar-benar bersyukur dan berterima kasih kepada mereka karena
makanan dan minuman tersebut mampu membuat lambungku tenang.
Sorenya,
setelah sholat asyar, kami berkumpul di meeting room hotel. Aku telah
beradaptasi dengan teman-teman baruku. Aku mencoba mengingat semua nama-nama
mereka. Beberapa saat kemudian, panitia telah berdiri di bagian depan. Kulihat
mbak-mbak panitia berpakaian santai tersenyum ramah dan menyapa kami semua.
Sore itu kami mengikuti visa briefing sampai jam enam sore. Acara juga
diselingi dengan coffe break sehingga aku tetap bisa berdamai dengan kampung
tengahku alias rasa lapar.
Panitia
menjelaskan semua kegiatan yang akan kami ikuti selama PDO tersebut. Mulai dari
visa interview yang akan dilaksanakan pada hari kedua di kedutaan besar
Amerika, medical check up (check kesehatan) dan suntik MMR yang akan
dilaksanakan di hotel tempat kami menginap sampai acara inti pembekalan yang
akan dilaksanakan pada hari ketiganya di hotel Grand Cemara. Saat itu juga
diadakan pemilihan ketua dan sekretaris grup supaya grup kami tetap kompak dan
terarah dalam bertindak.
Setelah
visa briefing selesai dan menerima semua dokumen-dokumen penting yang kami
butuhkan, panitia mempersilahkan kami kembali ke kamar masing-masing untuk
beristirahat atau beramah tamah dengan teman-teman yang lainnya. Aku dan Okta
kembali ke kamar untuk mandi sore dan menunaikan sholat magrib. Setelah sholat magrib,
teman-teman dari kamar lain menelvon kamarkami kalau acara selanjutnya adalah
makan malam di ruang makan hotel.
Aku
dan Okta menuju tempat yang dimaksud dan menikmati enaknya hidangan makan malam
hotel tersebut. Aku bersyukur karena bisa menikmati makanan yang enak-enak dan
terasa sangat mewah banget buat perutku. Sambil makan malam, teman-temanku dari
propinsi lain mengeluarkan makanan khas daerah mereka seperti ikan pepes
durian, salak, kerupuk, dodol, dan banyak lagi yang lainnya. Aku benar-benar
senang karena malam itu aku bisa menikmati makanan hampir dari seluruh pelosok
negeri Indonesia. Setelah makan malam, teman-teman mengajak berkumpul di salah
satu kamar yang bisa digunakan untuk berdiskusi dan ramah tamah.
Dikamar tersebut kami membicarakan prosedur keberangkatan kami ke
kedutaan besar Amerika keesokan harinya. Kami juga membahas tentang
kegiatan-kegiatan ekstra yang akan kami lakukan di Amerika nantinya. Selebihnya
kami bercanda dan saling bercerita tentang daerah masing-masing. Tanpa terasa
hari sudah beranjak larut malam. Satu per satu diantara kami kembali ke kamar
untuk beristirahat.
Setelah menunaikan sholat isya, aku tertidur lelap
banget. Aku menumpahkan semua keletihan dan kepenatan yang kurasakan sehari itu
dalam tidur nyenyakku. Dalam tidurku datang bayangan wajah adikku yang telah
menetap di alam barzah. Aku terbangun dan kulihat waktu shubuh telah masuk. Aku
menunaikan sholat shubuh dan berdoa untuk menenagkan perasaan hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar