Pengikut

Rabu, 13 Maret 2013

Masa-Masa awal kuliah


Waktu berjalan begitu cepat. Tahun 2009, aku  mulai memasuki semester duaku, Saat pembayaran uang semesterpun tiba. Aku bingung karena lagi-lagi tidak punya uang untuk membayar uang semesterku. Bapakku  terpaksa harus menjual satu-satunya sapi kecil milik keluargaku untuk membayar uang semesterku. Aku benar-benar terharu dan berterima kasih kepada bapakku karena telah mengorbankan sapi kecil kami untuk kuliahku. Aku berjanji tidak akan menuntut banyak lagi dari keluargaku. Sejak saat itu aku selalu berdoa dalam tahajud dan duhaku agar Allah memberiku jalan untuk mendapatkan uang tambahan dari kerja sambilan yang halal.
Dalam sebuah kertas yang lusuh akupun mulai menuliskan semua mimpi-mimpiku. Mimpi jangka pendek sampai mimpi jangka panjang ku pun mulai tertoreh indah di kertas tersebut. Selanjutnya aku selalu mengimajinasikan semua mimpi-mimpiku itu seakan akan aku telah mendapatkan semuanya. Setiap hari aku membayangkan seakan-akan diriku memiliki sebuah handphone berwarna biru, duduk di sebuah taman dengan sebuah laptop berwarna biru, memegang banyak uang sambil mengibas-ngibaskannya ke wajahku, Menjepret-jepret keindahan alam dengan sebuah kamera pocket berwarna biru.
Pokoknya aku membayangkan semua barang-barang yang kuinginkan seakan-akan telah kudapatkan dalam hidupku. Aku ingin sekali naik pesawat terbang karena seumur hidupku belum pernah naik pesawat sekalipun. Setiap hari aku membayangkan seolah-olah diriku tengah berjalan diatas tangga pesawat dan melambai-lambaikan tangan kepada orang-orang yang ada di bandara seperti yang sering kulihat dalam televisi.
Aku tidak pernah merencanakan cara-cara untuk mendapatkan semua impianku tersebut. Yang kulakukan hanyalah memanfaatkan setiap waktu luangku untuk hal-hal yang bermanfaat. Aku banyak mengikuti kegiatan-kegiatan positif untuk mengasah semangat percaya diriku dan kemampuan intelektualku. Aku gagal berulang-ulang kali dan kembali bangkit dengan kepala tegak menyongsong setiap tantangan-tantangan baru daam kehidupanku yang selalu menghantamku tanpa henti.
Faktor terbesar yang membuatku untuk tetap bermimpi dan semangat menjalani kehidupanku saat itu adalah kekecewaanku karena tidak bisa menjadi mahasiswa yang istimewa dikampusku. Kemampuanku yang biasa-biasa saja membuatku tetap menjadi mahasiswa yang tidak ada apa-apanya dikampusku.  Kehidupanku yang jauh dari kata sejahtera membuatku harus berbagi waktu untuk membantu orang tuaku berjualan kelapa muda di sela waktu kuliah. Biasanya aku berjualan kelapa muda setiap habiz zuhur atau asyar sampai waktu magrib.
Malamnya aku juga harus mengajar privat 2 orang anak tetanggaku yang masih SD. Hal itu kujalani setiap malam mulai dari abiz magrib ampe jam 9 malam dan aku dibayar Rp.30.000 setiap minggunya. Walaupun jumlahnya sangat kecil, namun uang 30.000 per minggu itulah yang selalu kukumpulkan untuk membayar uang kuliahku setiap semester. Aku tidak berani meminta bayaran tambahan karena aku sadar aku belum memiliki lisensi yang cukup untuk menjual ilmuku kepada orang lain. Waktu itu semua yang kulakukan hanya bersemangatkan ikhlas karena Allah semata. Aku meniatkan semua yang kulakukan adalah sedekah yang kuberikan kepada orang yang membutuhkan. Sebab aku tidak memiliki uang yang cukup untuk bersedekah setiap hari, maka sedekah ilmu merupakan salah satu satu solusi unik juga bagiku untuk tetap bisa bersedekah.
Untuk menyeleseikan tugas kuliahku, aku harus bangun lebih awal setiap paginya. Aku selalu bangun setiap jam 3 dini hari untuk sholat isya dan tahajud yang dilanjutkan dengan membuat makalah, mengerjakan tugas kuliah, mengulang pelajaran dan bahkan hanya sekedar membaca pelajaran kuliahku. Siang harinya aku selalu belajar dengan terkantuk-kantuk di dalam kelas. Sepertinya banyak dosen yang memergoki kebiasaan jelekku tersebut.  Akhirnya aku menjadi langganan tetap sebagai tukang ngantuk dalam kelas. Teman-teman sering mencubitku bahkan menggoyang-goyangkan kursiku ketika sedang belajar supaya aku terkejut dan tidak mengantuk lagi. Namun mereka tidak mampu mengalahkan rasa kantuk yang sudah seperti kekasih bagiku setiap kali belajar dalam kelas.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa Allah itu maha pengasih dan penyayang. Walaupun mengikuti perkuliahan dengan terkantuk-kantuk setiap harinya, Alhamdulillah aku masih bisa memahami setiap materi pelajaran kuliahku dengan baik. Meski tidak bisa mendapatkan IPK diatas 3,5 namun aku masih bisa berpuas diri dengan nilai rata-rata menengah yang kudapatkan. Sampailah aku pada suatu masa dimana kesadaran dan hasrat untuk sukses menggerogoti hati dan fikiranku.
Aku mulai membaca dan mencari berbagai literature yang bisa membuatku semakin bersemangat untuk mencapai kesuksesan dalam hidup ini. Aku juga sempat menonton video-video motivasi yang menggebrak hati dan fikiranku untuk mulai memikirkan berbagai keinginanku melalui imajinasi mimpi. Aku sempat juga membaca sebuah buku motivasi yang berjudul “the secret” yang menjabarkan betapa luar biasanya kekuatan mimpi karena dapat mewujudkan keinginan manusia. Aku pun tergoda untuk mempraktekkan teori tersebut. Aku benar-benar tergiur untuk mewujudkan semua mimpi mimpiku yang orang tuaku sendiri tidak percaya hal itu akan menjadi kenyataan.
            Dari ilmu-ilmu yang telah kudapatkan tersebut, aku menemukan seorang sahabat sejati yang telah lama kunanti-nantikan. Seorang wanita cantik yang lemah lembut, walau terkadang ia juga keras kepala sepertiku. Kami saling melengkapi satu sama lain. Kami selalu berbagi dalam semua hal, saling memotivasi dalam setiap keterpurukan dan masalah kehidupan, saling mengingatkan dalam kebenaran. Benar-benar kasih sayang dua orang sahabat yang berniatkan ikhlas karena Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar