Pengikut

Rabu, 13 Maret 2013

*MASA KECIL PENUH PERTUALANGAN*

Kehidupan adalah sesuatu  yang sangat bearti jika kita jalani dengan hal-hal yang penuh keunikan dan perjuangan. Semua perjuangan dan keunikan tersebut akan pupus begitu saja dimakan sang waktu jika kita tidak menorehkannya menjadi sebuah cerita yang indah dan penuh arti bagi orang lain. Aku juga ingin kehidupanku menjadi sebuah sejarah yang bisa dipelajari oleh orang lain sehingga orang lain menjadi tahu kalau aku pernah hidup sebagai seorang wonder woman in this world

 Cerita ini kumulai dari masa kecilku. Saat itu aku masih kelas empat sekolah dasar. Aku adalah seorang anak yang berasal dari keluarga sangat sederhana. Bapak dan ibuku adalah buruh tani. Setiap hari keduanya bekerja di lahan orag lain dengan upah pas-pasan. Terkadang kami juga harus memulung barang-barang bekas untuk memenuhi kebutuhan pokok. Aku memiliki 2 orang saudara perempuan. Jadi, dalam keluargaku tidak ada anak laki-laki yang bisa diandalkan untuk membantu keluarga. Aku adalah anak tengah yang keras kepala, pantang menyerah dan suka bertualang. Melihat kondisi financial keluargaku yang pas pasan membuatku ingin melakukan suatu hal yang bisa menghasilkan uang.

Selanjutnya aku dan salah seorang sepupuku mencari ide dan memutuskan ingin hidup mandiri dengan mencari uang sendiri. Awalnya kami bingung harus melakukan apa. Akhirnya sepupuku mengajakku mengumpulkan sayur-sayuran yang tumbuh liar disemak-semak yang ada di kampungku. Seperti sayur bayam, sayur pakis, sayur kangkung, dan rimbang. Dia juga mengajakku untuk mengumpulkan siput-siput kecil yang biasanya ditumis oleh masyarkat di daerahku. Kami melakukan kegiatan tersebut setiap pulang sekolah pada hari jumat dan sabtu sore. Kemudian pada hari minggunya kami memikul barang-barang tersebut ke pasar untuk dijual.

Kedua orang tuaku tidak tahu dengan apa yang kulakukan tersebut. Mereka hanya tahu kalau setiap minggu pagi aku selalu pergi jogging ke pasar. Aku sengaja merahasiakan hal tersebut dari orang tuaku karena aku yakin mereka pasti akan melarangku jika mereka mengetahui aku melakukan hal tersebut. Supaya tidak ketahuan, aku menyimpan semua barang dagangan tersebut di rumah sepupuku. Beberapa minggu kujalani kegiatan menjual sayuran tersebut dengan aman dan lancar. Banyak ibu-ibu dan bapak-bapak pedagang di pasar yang kenal dengan aku dan sepupuku, karena hampir setiap minggu mereka melihat kami berjualan di pasar.

Mereka memuji-muji kami sebagai anak yang rajin. Bahkan ada juga diantara mereka yang berniat untuk menyuruh anak-anak mereka yang sebaya kami untuk berjualan juga seperti apa yang kami lakukan tersebut. Di sisi lain, aku tidak menyangka ternyata beberapa orang tetanggaku yang kebetulan berbelanja dipasar melihatku berjualan dan melapor kepada bapak dan ibuku. Sejak mengetahui hal tersebut bapak dan ibuku tidak memperbolehkan aku lagi untuk melakukan hal tersebut. Mereka menyuruhku untuk tetap dirumah dan tidak kemana-mana. Beberapa minggu kujalani tanpa berjualan. Hal tersebut membuatku merasa kehilangan sesuatu.

Akhirnya akupun jatuh sakit dan sering mengigau mengatakan kalau aku ingin tetap jualan sayur ke pasar. Aku telah merasakan nikmatnya uang hasil keringatku sendiri. Akhirnya aku memohon kepada Bapak dan Ibuku untuk tetap mengizinkanku untuk berjualan sayur dan aku berjanji akan tetap mempertahankan nilai raport sekolahku yang bagus-bagus. Melihat kesungguhanku, bapak dan ibuku tidak sanggup menahan semua keinginanku tersebut. Mereka membiarkanku melakukan apapun yang ingin aku lakukan. Sejak saat itu resmilah aku bergelar sebagai seorang penjual sayur.

Namun,pendidikan sekolah dasarku (SD) berakhir dengan memikul fitnahan dan tuduhan kalau aku membuat segelas air yang dicampur dengan pewarna pakaian. Guru SD ku memaksaku untuk meminum air tersebut. Waktu itu salah seorang temanku berulang tahun. Beberapa temanku yang lain membuat seember air pewarna pakaian untuk disiramkan kepada temanku yang berulang tahun. Mereka berencana akan menyiramnya setelah jam pelajaran. Namun, perbuatan itu ketahuan oleh salah seorang guruku. Beliau menuduhku sebagai produsen air tersebut. Aku sangat kesal karena dipaksa minum air yang menurutku tidak sepantasnya untuk diminum. Yang kulakukan saat itu justru melawan guruku dan aku mencerca cara berpakaiannya yang memperlihatkan aurat, Ya, guru yang menyuruhku meminum air pewarna pakaian itu memang suka memakai pakaian minim yang memperlihatkan pahanya. Ia juga pernah datang ke sekolah dengan memakai baju tipis yang memperlihatkan bentuk tubuhnya. Kami yang saat itu masih kecil sering protes dan aku adalah orang yang paling berani menentangnya. Akibatnya aku termasuk kedalam kategori siswa yang mendapatkan NEM (Nilai Evaluasi Murni) terendah dari semua siswa kelas 6 yang ada di SDku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar