*MASA KECIL PENUH PERTUALANGAN*
Kehidupan
adalah sesuatu yang sangat bearti jika
kita jalani dengan hal-hal yang penuh keunikan dan perjuangan. Semua perjuangan
dan keunikan tersebut akan pupus begitu saja dimakan sang waktu jika kita tidak
menorehkannya menjadi sebuah cerita yang indah dan penuh arti bagi orang lain.
Aku juga ingin kehidupanku menjadi sebuah sejarah yang bisa dipelajari oleh
orang lain sehingga orang lain menjadi tahu kalau aku pernah hidup sebagai
seorang wonder woman in this world
Cerita ini kumulai dari masa kecilku. Saat itu
aku masih kelas empat sekolah dasar. Aku adalah seorang anak yang berasal dari
keluarga sangat sederhana. Bapak dan ibuku adalah buruh tani. Setiap hari
keduanya bekerja di lahan orag lain dengan upah pas-pasan. Terkadang kami juga
harus memulung barang-barang bekas untuk memenuhi kebutuhan pokok. Aku memiliki
2 orang saudara perempuan. Jadi, dalam keluargaku tidak ada anak laki-laki yang
bisa diandalkan untuk membantu keluarga. Aku adalah anak tengah yang keras
kepala, pantang menyerah dan suka bertualang. Melihat kondisi financial
keluargaku yang pas pasan membuatku ingin melakukan suatu hal yang bisa
menghasilkan uang.
Selanjutnya
aku dan salah seorang sepupuku mencari ide dan memutuskan ingin hidup mandiri
dengan mencari uang sendiri. Awalnya kami bingung harus melakukan apa. Akhirnya
sepupuku mengajakku mengumpulkan sayur-sayuran yang tumbuh liar disemak-semak
yang ada di kampungku. Seperti sayur bayam, sayur pakis, sayur kangkung, dan
rimbang. Dia juga mengajakku untuk mengumpulkan siput-siput kecil yang biasanya
ditumis oleh masyarkat di daerahku. Kami melakukan kegiatan tersebut setiap pulang
sekolah pada hari jumat dan sabtu sore. Kemudian pada hari minggunya kami
memikul barang-barang tersebut ke pasar untuk dijual.
Kedua
orang tuaku tidak tahu dengan apa yang kulakukan tersebut. Mereka hanya tahu
kalau setiap minggu pagi aku selalu pergi jogging ke pasar. Aku sengaja
merahasiakan hal tersebut dari orang tuaku karena aku yakin mereka pasti akan
melarangku jika mereka mengetahui aku melakukan hal tersebut. Supaya tidak
ketahuan, aku menyimpan semua barang dagangan tersebut di rumah sepupuku.
Beberapa minggu kujalani kegiatan menjual sayuran tersebut dengan aman dan
lancar. Banyak ibu-ibu dan bapak-bapak pedagang di pasar yang kenal dengan aku
dan sepupuku, karena hampir setiap minggu mereka melihat kami berjualan di
pasar.
Mereka
memuji-muji kami sebagai anak yang rajin. Bahkan ada juga diantara mereka yang
berniat untuk menyuruh anak-anak mereka yang sebaya kami untuk berjualan juga
seperti apa yang kami lakukan tersebut. Di sisi lain, aku tidak menyangka
ternyata beberapa orang tetanggaku yang kebetulan berbelanja dipasar melihatku
berjualan dan melapor kepada bapak dan ibuku. Sejak mengetahui hal tersebut
bapak dan ibuku tidak memperbolehkan aku lagi untuk melakukan hal tersebut.
Mereka menyuruhku untuk tetap dirumah dan tidak kemana-mana. Beberapa minggu
kujalani tanpa berjualan. Hal tersebut membuatku merasa kehilangan sesuatu.
Akhirnya
akupun jatuh sakit dan sering mengigau mengatakan kalau aku ingin tetap jualan
sayur ke pasar. Aku telah merasakan nikmatnya uang hasil keringatku sendiri.
Akhirnya aku memohon kepada Bapak dan Ibuku untuk tetap mengizinkanku untuk
berjualan sayur dan aku berjanji akan tetap mempertahankan nilai raport
sekolahku yang bagus-bagus. Melihat kesungguhanku, bapak dan ibuku tidak
sanggup menahan semua keinginanku tersebut. Mereka membiarkanku melakukan
apapun yang ingin aku lakukan. Sejak saat itu resmilah aku bergelar sebagai
seorang penjual sayur.
Namun,pendidikan sekolah dasarku (SD) berakhir
dengan memikul fitnahan dan tuduhan kalau aku membuat segelas air yang dicampur
dengan pewarna pakaian. Guru SD ku memaksaku untuk meminum air tersebut. Waktu
itu salah seorang temanku berulang tahun. Beberapa temanku yang lain membuat
seember air pewarna pakaian untuk disiramkan kepada temanku yang berulang
tahun. Mereka berencana akan menyiramnya setelah jam pelajaran. Namun,
perbuatan itu ketahuan oleh salah seorang guruku. Beliau menuduhku sebagai
produsen air tersebut. Aku sangat kesal karena dipaksa minum air yang menurutku
tidak sepantasnya untuk diminum. Yang kulakukan saat itu justru melawan guruku dan
aku mencerca cara berpakaiannya yang memperlihatkan aurat, Ya, guru yang
menyuruhku meminum air pewarna pakaian itu memang suka memakai pakaian minim
yang memperlihatkan pahanya. Ia juga pernah datang ke sekolah dengan memakai
baju tipis yang memperlihatkan bentuk tubuhnya. Kami yang saat itu masih kecil
sering protes dan aku adalah orang yang paling berani menentangnya. Akibatnya
aku termasuk kedalam kategori siswa yang mendapatkan NEM (Nilai Evaluasi Murni)
terendah dari semua siswa kelas 6 yang ada di SDku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar