Pengikut

Kamis, 14 Maret 2013

*FIRST EXPERIENCE IN AIRPORT *


Selesai sholat shubuh, paman dan bibiku menyuruhku untuk tetap beragkat karena mereka tahu kalau keberangkatanku menuju Jakarta adalah impian yang sudah sangat lama kupersiapkan dan merupakan hal yang sangat penting juga untuk masa depanku. Selanjutnya hanya ada air the dingin dan mie rebus yang direndam dengan air dingin sebagai sarapanku pagi itu. Aku mengecup kening serta pipi jenazah adikku dan berangkat menuju bandara diantar oleh salah seorang adik sepupu perempuanku. Aku dikasih uang Rp.30.000,- oleh bibiku untuk bayaran bagasi pesawatku. Aku tahu saat itu bibiku juga sedang mengalami kesulitan financial. Aku tidak berani meminta uang lebih kepada para sodara-sodara yang lain sebab memang bukanlah tipeku untuk berprilaku seperti itu.
Sampai di bandara adekku  hanya mengatarkanku sampai ruang tunggu dan harus balik kerumah dengan tergesa-gesa. Saat itu adalah pengalaman pertamaku di Bandara untuk berangkat naik pesawat. Aku bingung dengan apa yang harus kulakukan. Akhirnya aku memutuskan untuk mengisi pulsa elektrik handphoneku dan menelvon salah seorang temanku yang juga penerima beasiswa dan berjanji akan menunggu di Bandara Soekarno Hatta.
Untuk check in, aku harus bertanya terlebih dahulu kepada satpam yang ada di bandara tersebut karena aku tidak tahu prosedurnya. Untungnya satpam itu baik dan mendampingiku mulai dari proses check in sampai aku berada di ruang tunggu. Setelah aku merasa aman di ruang tunggu keberangkatan, satpam itu mohon izin untuk melanjutkan pekerjaannya. Aku mengucapkan terima kasih kepada satpam tersebut dan menunggu sendirian di ruang tunggu tersebut.
Aku merasa deg-degan karena hari itu adalah hari pertamaku terbang naik pesawat. Mimpi yang dulu sering kuimajinasikan sebentar lagi akan jadi kenyataan. Aku melihat di ruang tunggu tersebut banyak tourist asing yang juga sedang menunggu informasi keberangkatan. Sebenarnya aku sangat teergoda untuk berbicara dan mengasah kemampuan speakingku dengan mereka. Namun melihat kondisi sekitar adalah hal yang belum biasa bagiku dan aku membayangkan nantinya di amerika aku juga akan bertemu dan bisa berinteraksi sepuas-puasnya dengan ornag asing, akhirnya aku memutuskan hanya duduk dengan tenang menunggu pengumuman pesawat keberangkatanku.
Namun, tiba-tiba saja seorang nenek-nenek datang menghampiriku. Dia menyapaku dan aku membalasnya dengan senyuman terbaikku. Dia duduk disampingku dan bertanya tentang daerah yang akan kutuju. Setelah dia mengetahui daerah tujuanku  adalah Jakarta, dia memutuskan dan mengatakan kalau nanti di atas pesawat dia akan duduk disampingku. Aku hanya tersenyum dan menggangguk  mengiyakan permintaannya tersebut. Dia mengatakan kepadaku kalau hari itu adalah pengalaman pertamanya naik pesawat. Di dalam hati aku juga berkata kalau sebenarnya aku juga senasib dengannya. Aku tidak mau mengatakan secara langsung kepadanya supaya dia tidak bertanya macam-macam kepadaku.
Beberapa menit kemudian aku kebelet pipis dan ingin pergi ke toilet. Aku minta izin untuk pergi ke toilet kepada nenek tersebut. Ternyata dia tidak mau tinggal untuk menungguku sebentar di ruang tunggu. Dia memaksa ingin pergi ke toilet juga bersamaku. Aku berpikir mungkin dia juga pengen pipis di toilet tersebut. Saat aku masuk kedalam toilet dia setia menungguku diluar toilet. Akhirnya aku tahu bahwa sebenarnya dia takut kutinggalkan dan nantinya tidak bisa duduk disampingku di atas pesawat. Kami kembali duduk dikursi ruang tunggu sambil bercerita banyak.
Akhirnya jam keberangkatan kamipun tiba. Aku dan nenek tersebut berjalan beriringan menuju  pintu  pesawat. Namun, tatkala mau memasuki pintu tersebut, mbak-mbak pramugari mengatakan kalau aku dan nenek tersebut harus masuk dari pintu yang berbeda. Aku dapat bagian masuk dari pintu belakang dan si nenek dapat bagian masuk dari pintu depan. Aku meminta maaf kepada si nenek tersebut karena ternyata aku tidak bisa bersamanya lagi sebab nomor kursi kami juga jauh jaraknya.
Setelah menemuka posisi tempat dudukku, aku begitu surprise karena disamping kursiku telah duduk 2 orang pria. Mereka mempersilahkan aku untuk masuk dan duduk dekat posisi jendela. Aku sedikit berbasa-basi untuk meminta duduk dibagian jalan saja supaya tidak terlalu susah masuk ke tempat duduk bagian jendela. Namun, dengan tersenyum salah seorang diantara mereka yaitu yang paling muda mengatakan kalau jatah tempat dudukku memang didekat jendela dan dia menyuruhku mengecek lagi tiketku. Dengan pipi memerah karena malu, akupun masuk dan mengucapkan terima kasih kepadanya.
Beberapa menit menunggu akhirnya pesawatku mulai berjalan dan mencari posisi yang pas untuk lepas landas. Aku berdoa dalam hati sambil menahan nafas dan berusaha serileks mungkin. Aku melihat keluar jendela dan semua yang kuhadapi saat itu benar-benar perwujudan mimpi-mimpiku yang telah lama kuimajinasikan. Awan putih memantulkan silauan cahaya diluar jendela. Suara pesawat menderu halus ditelingaku. Dua puluh menit kemudian. Pemuda yang duduk disampingku mengajakku berbicara. Kami berkenalan dan saling berbagi pengalaman satu sama lain. Ternyata dia adalah salah seorang wartawan yang berasal dari daerah yang tidak terlalu jauh dari kampungku. Dia mengikuti studi banding ke propinsi-propinsi lain Indonesia bersama empat puluh orang teman-temannya yang lain. Pantas saja dari awal aku banyak mendengar banyak suara-suara disekitarku yang menggoda pemuda tersebut. Ternyata teman-temannya ngompor-ngomporin dia untuk mengajakku berbicara. Benar-benar perkenalan yag berkesan.
Selanjutnya dia juga bertanya tentang daerah asal dan tujuanku. Dia benar-benar surprise ketika mengetahui bahwa itu adalah pengalaman pertamaku naik pesawat. Dia menyangka kalau aku telah sering naik pesawat karena dia tidak melihat kegugupanku sedikitpun saat itu. Katanya aku terlihat seperti seseorang yang telah berpengalamanturun naik pesawat. Didalam hati aku bersyukur karena tidak terlihat kikuk dalam penerbangan pertamaku. Dia juga salut melihat keberanianku saat itu sendirian ke Jakarta untuk pertama kalinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar